![](https://static.wixstatic.com/media/fc968b_434684a36ad84a7eaee094c70c253d17~mv2.png/v1/fill/w_500,h_300,al_c,q_85,enc_auto/fc968b_434684a36ad84a7eaee094c70c253d17~mv2.png)
Dunia kehilangan puluhan spesies setiap hari dalam apa yang para ilmuwan katakan sebagai ‘kepunahan massal keenam’ dalam sejarah Bumi. Sebanyak 30%-50% dari semua spesies di dunia bergerak menuju kepunahan pada pertengahan abad ini, dan tak ada yang bisa salahkan kecuali kita sendiri.
“Penghancuran Habitat, polusi atau penangkapan ikan yang berlebihan menghancurkan makhluk dan tanaman liar secara langsung, setidaknya membuat kehidupan mereka sangat rentan” kata Derek Tittensor, seorang ahli ekologi kelautan di World Conservation Monitoring Centre di Cambridge, Inggris. “Masalahnya dalam beberapa dekade mendatang, perubahan nyata seperti perubahan iklim akan semakin jelas menjadi ancaman lebih banyak spesies satwa”
Sekitar 190 negara bertemu bulan lalu di pertemuan iklim PBB di Lima, Peru untuk membahas tindakan yang kita perlukan untuk memperlambat kenaikan emisi gas rumah kaca. Pertemuan itu berakhir dengan kesepakatan yang tampaknya tidak akan banyak membantu dalam upaya dunia untuk melawan pemanasan global.
Perdagangan illegal satwa telah menjadi ancaman nyata bagi upaya konservasi satwa-satwa yang harus kita lindungi. Perdagangan satwa liar adalah industri bernilai sekitar $10 miliar per tahun atau berada di urutan perdagangan illegal terbesar kelima di dunia setelah perdagangan narkoba. Permintaan satwa meningkat sebagai hewan peliharaan, hadiah, bahan pengobatan, makanan, fashion, dan produk lainnnya.
Tidak ada keraguan bahwa kita sedang menghadapi perjuangan yang berat melawan keserakahan manusia dan perilaku konsumsi yang tidak berkelanjutan. Namun, tentu saja kita tak boleh kalah dalam pertempuran ini. Mari sejenak berpikir, bagaimana kita akan menjelaskan kepada anak dan cucu kita nanti bahwa pada masa lalu (masa kita sekarang ini) pernah ada hewan-hewan luar biasa yang hidup nyata, seperti harimau, badak, orangutan, dan lain-lain, dan bagaimana kita membiarkan mereka punah? Kita masih mempunyai kesempatan melestarikan satwa-satwa yang berpotensi punah ini, dan kesempatan itu harus kita maksimalkan sekarang juga.
Berikut lansiran mojok34 :
1) Macan Tutul Amur
Satwa ini di buru secara massif untuk ekploisasi kulitnya yang berbulu indah, Macan Tutul Amur (Panthera pardus orientalis) adalah salah satu kucing besar paling langka di mojok34 slot. Satwa yang ini bisa kita temukan di sepanjang daerah perbatasan antara Rusia bagian tenggara dan timur laut China menghadapi perusakan habitat besar-besaran dan hilangnya hewan-hewan mangsanya, juga karena perburuan. Kini hanya sekitar 30 individu macan tutul Amur hidup di alam liar.
2) Gajah Sumatera
Inilah spesies gajah terkecil Asia, populasinya terus menurun secara mengejutkan, turun sekitar 80 % dalam kurun waktu kurang dari 25 tahun akibat deforestasi, hilangnya habitat dan konflik dengan manusia padai pulau Sumatera. Kini hanya tersisa sekitar 2.400 hinga 2.800 individu gajah sumatera yang bertahan hidup di alam liar.
Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) jantan memiliki gading yang relatif kecil, namun pemburu tetap saja membunuh untuk gadingnya pemburu ambil dan menjualnya pada pasar gelap yang menyebabkan rasio antara jantan dan betina sangat tidak seimbang untuk membuatnya mampu mempertahankan kelangsungan hidup spesies asli pulau Sumatera ini.
3) Badak Jawa Mojok34
Spesies badak bercula satu yang hidup di hutan tropis, badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) sejak masa kolonial hingga paruh abad lalu merupakan spesies yang paling di buru untuk ekploisasi culanya yang berharga mahal. Dengan hanya menyisakan sekitar 58 individu yang berada di Taman Nasional Ujung Kulon di Jawa, spesies ini sangat rentan terhadap kepunahan karena bencana alam, perburuan, penyakit dan keragaman genetik yang rendah.
4) Gorilla Dataran Rendah
Meskipun berburu dan membunuh spesies ini adalah ilegal, gorilla dataran rendah (Gorilla gorilla gorilla) ini terus dibunuh untuk diambil dagingnya yang dianggap lezat, sementara bayi-bayi mereka ditangkap dan disimpan sebagai hewan peliharaan. Virus Link Alternatif Mojok34 yang mematikan juga telah menghancurkan populasi kera liar ini. Di hutan Minkébé di Gabon saja, virus ini telah membunuh lebih dari 90 persen populasi gorilla dan simpanse di kawasan itu.
Kommentare